Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Litera Ngopini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Litera Ngopini. Tampilkan semua postingan

Kedai Kopi Merengkuh Platform Digital

Posted By Redaksi on Sabtu, 17 Juni 2023 | Sabtu, Juni 17, 2023

diseduh oleh: Israwaty Samad

Keheningan pagi membelai kedai kopi yang tersembunyi di sudut jalan. Sebuah rasa hangat menyapa, merayu siapapun yang melintasinya. Seperti penari yang memperagakan gerakan lemah lembut, kehadiran sebuah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti kedai kopi mampu mengisi celah kehidupan kita dengan kehidupan sendiri. Namun, dalam dunia yang semakin digital ini, kehadiran mereka di ranah maya menjadi semakin penting.

Ilustrasi pengunjung membaca di Kedai Kopi Litera
Sebuah kedai kopi tak lagi hanya mengandalkan aroma biji kopi yang menggoda dan sentuhan hangat cangkir di tangan pelanggannya. Mereka harus bertransformasi menjadi aktor utama di jagat maya, memahami bahwa hadir di berbagai media sosial dan platform digital lainnya adalah kunci keberhasilan mereka. Ini adalah era di mana kehadiran online bukan lagi sekadar bonus, tetapi menjadi keharusan untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.

Berbagai akun media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter menjadi saluran vital yang membantu kedai kopi menghadirkan jati dirinya. Lewat lensa kamera, sebuah cangkir kopi dihadirkan dalam bentuk seni yang mengagumkan. Mengenai rasa, aroma, dan sentuhan, sebuah foto mampu menjembatani kesenangan visual dengan imajinasi pelanggan potensial. Rasanya seakan-akan kita dapat merasakan secangkir kopi hangat yang melumuri lidah kita, walaupun hanya dengan sekadar mengamati gambarnya di layar ponsel kita.

Namun, tidak hanya sekadar foto dan deskripsi yang memikat, tetapi juga cerita yang dikisahkan oleh kedai kopi itu sendiri. Situs web yang menampilkan sejarah pendiriannya, bahan-bahan berkualitas yang digunakan, dan filosofi yang mengiringi setiap tetes kopi yang diseduh.

Sebuah cerita menjadi jalinan yang menghubungkan kedai kopi dengan pelanggannya, memberikan rasa kebersamaan dalam setiap tegukan yang diminum. Sebuah kedai kopi yang mampu menjangkau hati orang-orang melalui keindahan kata-kata, tak diragukan lagi memiliki kekuatan magis untuk memikat pelanggan.

YouTube, sebagai salah satu platform video terbesar di dunia, memberikan ruang bagi kedai kopi untuk mengekspresikan keahliannya dalam seni penyeduhan kopi. Dalam sekejap mata, kita dapat menyaksikan seorang barista mahir menciptakan latte art yang memukau.

Suara alat-alat perkopian dan aroma harum semuanya terasa begitu nyata melalui layar. Sebuah kedai kopi mampu menghubungkan pelanggannya dengan proses kreasi dan dedikasi yang dilakukan untuk menghasilkan secangkir kopi yang sempurna.

Melalui berbagai akun media sosial dan platform digital lainnya, kedai kopi membangun keberadaannya di dunia maya. Mereka menjadi lebih dari sekadar tempat untuk menikmati secangkir kopi; mereka menjadi inspirasi, tujuan perjalanan, dan simbol kebersamaan. Di saat dunia semakin kompleks dan jarak semakin menjauhkan kita, kedai kopi hadir sebagai oasis yang menghubungkan kita kembali dengan kehidupan nyata.

Dalam kehangatan kedai kopi yang tersembunyi di sudut jalan, bersembunyi kehidupan digital yang tak terbatas. Sebuah UMKM seperti kedai kopi menemukan kekuatannya dalam membangun komunitas yang saling terhubung melalui ruang maya.

Melalui berbagai akun media sosial dan platform digital lainnya, mereka tidak hanya menjual produk, tetapi juga menghadirkan pengalaman, cerita, dan hubungan yang tak terlupakan. Sebab, dalam dunia yang semakin terhubung ini, kehadiran sebuah kedai kopi di dunia maya adalah kuncinya untuk tetap relevan, menarik hati, dan menjaga semangat hidup yang sejati.***

Menyesap Secangkir Tragedi di Balik Kopi

Posted By Redaksi on Minggu, 11 Juni 2023 | Minggu, Juni 11, 2023

diseduh oleh: Alfian Nawawi

Kopi tidak pernah benar-benar mengalir ke dalam tiga ruang yang kita sebut budaya, ekonomi dan lifestyle, sebagai sekadar tanaman atau komoditas. Kopi punya banyak drama yang tidak tercatat, kawan. 

Bebijian eksentrik itu lebih banyak disebut sebagai warisan  nenek moyang yang harus dijaga dengan penuh kehormatan. Begitu bunyi narasi mainstream yang selalu kita harus pahami. Sementara kita kerap lupa bahwa narasi itu ditulis oleh penguasa dan kapitalis.

Di lembaran narasi mana kita pernah menyeduh kisah setiap tetes keringat yang menetes di ladang kopi? Terlebih lagi ladang-ladang kopi di 'dunia ketiga'.

Begitulah sehingga tidak semua cerita kopi berakhir serupa ending sinetron Indonesia. Nyaris di balik setiap cangkir kopi yang nikmat, ada tragedi yang mengiringinya sebelum tiba di hadapan kita. 

Kopi susu ala Kedai Kopi Litera
Di sana banyak kisah penindasan terhadap petani kopi. Mereka bekerja keras, namun jarang diberikan imbalan yang setimpal. Sementara kita menikmati aroma dan cita rasa kopi, mereka tetap terjebak dalam lingkaran kemiskinan turun temurun.

Buku-buku tentang kopi seperti "The World Atlas of Coffee" karya James Hoffman, "God in a Cup" karya Michaele Weissman, dan "The Coffee Dictionary" karya Maxwell Colonna-Dashwood, menjadi saksi bisu perjalanan kopi dari kebun hingga ke cangkir kita.

Betapa buku-buku itu menggambarkan perjalanan yang panjang dan kompleks dari biji kopi hingga menjadi minuman yang disukai oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Tapi, bagaimana kamu bisa tahu kalau baca sepotong buku saja tidak pernah?

Buku-buku ini juga memperkenalkan kita pada keanekaragaman jenis kopi, metode pengolahan yang berbeda, dan dampak sosial-ekonomi dari industri kopi. Mereka memberikan kita wawasan yang lebih dalam tentang apa yang ada di balik setiap tegukan yang kita nikmati, dan mendorong kita untuk lebih menghargai proses dan perjuangan yang ada di baliknya.

Media juga memiliki peran penting dalam memperluas pemahaman kita tentang kopi. Dalam film dokumenter  semisal "A Film About Coffee", kita dihadapkan pada realitas pahit di balik secangkir kopi. Kita melihat bagaimana petani kopi di negara-negara seperti Ethiopia, Kolombia, dan Brasil berjuang untuk bertahan hidup dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, harga yang tidak stabil, dan kesenjangan sosial.

Di wilayah karya sastra, buku, dan media, kita dapat memahami bahwa kopi adalah jauh lebih dari sekadar minuman yang kita nikmati setiap hari. Ia adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi jutaan petani kopi di seluruh dunia. Ia adalah kisah tentang kehidupan, keberanian, dan perjuangan yang tidak boleh dilupakan.

Kopi itu adalah harmoni antara kehidupan dan seni. Ya, jika kita menggabungkan kekuatan dan keindahan dalam setiap tetesnya. Ya, jika kita kopi sudah kita pahami sebagai kebersamaan, rasa hormat terhadap alam, dan penghargaan terhadap kerja keras orang-orang di baliknya. Kopi adalah semangat dan inspirasi yang mampu menghidupkan kembali tubuh dan pikiran kita.  

Sejenak, bayangkan aroma kopi yang menguar dari cangkir dengan menyesap harga kemanusiaan dan kisah-kisah tragedi petani kopi di balik setiap cangkir kopi yang kita minum..

Mereka benar-benar masih banyak yang terpencil, kawan. Di balik setiap tegukan yang kita nikmati, adakah wajah petani kopi yang bergumul di musim panen? Jika tidak, pantas kamu bebal sekali hanya mau beli kopi premium yang rasanya jauh lebih hambar karena kamu juga tak paham ilmu seduhnya. Lebih hambar lagi hidupmu, menulis kalimat filosofi kopi tapi tak mau tahu perjuangan dan penderitaan orang-orang yang mengandalkan penghasilan dari biji ajaib ini.

Kopi saya kali ini cukup keras, kawan. Sekeras bebalmu!***

Membentuk Remaja Tangguh Melalui GenRe

Oleh: Israwaty Samad

Kedai Kopi Litera selalu dirubung oleh Litera Lovers yang sebagian besar adalah kaum remaja. 

Di tengah dinamika sosial yang rumit, terbitlah sebuah program yang bernama Generasi Berencana (GenRe)  yang memiliki tujuan mulia: mengembangkan karakter remaja Indonesia. 

GenRe merupakan inisiatif dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bertujuan mengajarkan remaja tentang pentingnya menjauhi pernikahan dini, seks pranikah, dan penyalahgunaan narkoba.

GenRe menyadari bahwa remaja merupakan pilar penting dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, program ini dirancang dengan tujuan membangun remaja yang tangguh, bertanggung jawab, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam pembangunan negara. GenRe memahami bahwa mencegah pernikahan dini, seks pranikah, dan narkoba adalah langkah penting untuk menciptakan generasi muda yang sehat secara fisik, emosional, dan mental.

Melalui GenRe, remaja diberikan pemahaman tentang pentingnya menunda pernikahan hingga usia yang tepat. Mereka diberikan pengetahuan mengenai risiko dan konsekuensi yang dapat terjadi akibat pernikahan dini, seperti terhentinya pendidikan, ancaman terhadap kesehatan, dan kehidupan yang tidak stabil. Selain itu, remaja juga diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan seksual, menghormati diri sendiri, dan memahami konsep persetujuan dalam hubungan antar pasangan.

Tak hanya itu, GenRe juga memusatkan perhatiannya pada pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Program ini memberikan edukasi tentang bahaya narkoba, dampak negatifnya terhadap kesehatan dan kehidupan sosial, serta pemahaman tentang pentingnya hidup sehat tanpa ketergantungan pada zat-zat terlarang. GenRe berusaha membentuk remaja yang sadar akan dampak negatif narkoba dan memiliki ketahanan diri yang kuat untuk menolak godaan tersebut.

Dalam implementasinya, GenRe menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk sekolah, lembaga masyarakat, dan keluarga. Program ini menyediakan pendampingan, pelatihan, dan kegiatan positif yang mengajarkan keterampilan sosial, pemecahan masalah, serta membangun jiwa kepemimpinan pada remaja. Dengan pendekatan yang holistik, GenRe berupaya mengubah paradigma remaja dan mendorong mereka untuk tumbuh menjadi generasi berkualitas dan berdaya saing tinggi.

GenRe adalah bukti nyata bahwa melalui upaya kolaboratif dan pendekatan komprehensif, kita dapat membentuk remaja tangguh yang mampu menghadapi segala tantangan dan memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa. Melalui program ini, remaja didorong untuk menjauhi pernikahan dini, seks pranikah, dan penyalahgunaan narkoba, sehingga mereka memiliki peluang yang lebih baik dalam meraih masa depan yang cerah dan membangun masyarakat yang lebih baik. Remaja Genre! Sehat, Cerdas, Ceria! Genre Indonesia! Saatnya yang muda yang berencana!***

Kopi Bisa juga Sebagai Mantra

Posted By Redaksi on Senin, 05 Juni 2023 | Senin, Juni 05, 2023

Oleh: Israwaty Samad

Kopi adalah semacam mantra yang menghantar pikiran ke dunia baru.

Seperti elixir hitam yang menyentuh bibir, ia membangunkan jiwa yang terlelap dari tidurnya.
Rasanya seperti perjalanan melintasi hutan yang tebal, di mana setiap tegukan mengungkapkan lapisan rasa yang tak terduga. Kopi adalah obat bagi kantuk yang membelenggu, membawa kita ke alam semesta yang penuh inspirasi dan energi.

Seperti burung terbang bebas di angkasa, aroma kopinya melayang-layang di udara, memikat hati dan merangsang imajinasi.
Dalam secangkir kopi terkandung cerita-cerita, kejutan-kejutan, dan kemesraan yang tak terhingga. Ia adalah panas yang memeluk tubuh ketika dunia terasa dingin, dan kekuatan yang menopang kita di saat-saat paling sulit.

Kopi adalah sahabat setia yang selalu hadir, menemani kita melalui perjalanan hidup ini dengan segelas keajaiban di setiap tegukan.
Makassar, 03 Juni 2022
Di antara serpihan.kenangan.

Cinta dan Buku


Oleh: Israwaty Samad

Cinta dan buku adalah dua keajaiban yang menyatu, mengisi halaman-halaman hidup kita dengan cerita yang tak terlupakan.
Israwaty Samad
Dalam dunia cinta, buku adalah saksi bisu yang membuka jendela jiwa, mengajarkan kita tentang arti sejati dan memberi kita kekuatan untuk terbang bebas.

Cinta dan buku adalah dua seni yang saling melengkapi; buku mengajarkan kita tentang cinta, dan cinta menghidupkan buku dalam setiap halamannya.
Buku adalah api yang menyala di hati, sementara cinta adalah api yang menyala di jiwa. Bersatu, keduanya menciptakan kehangatan yang abadi.

Cinta dan buku memiliki kekuatan yang sama, yaitu mengubah dunia kita menjadi tempat yang lebih baik. Biarkan cinta dan buku memimpin jalan kita.
Ketika cinta dan buku bertemu, kata-kata berdansa dengan emosi, cerita menjadi hidup, dan hati kita merasakan keajaiban yang tak terlukiskan.

Cinta adalah buku yang tak pernah selesai, dan buku adalah cinta yang terus berkisah dalam setiap halamannya.
Dalam cinta dan buku, kita menemukan kekuatan yang tak terbatas untuk menyentuh hati dan mengubah takdir.

Cinta dan buku adalah dua harta yang tak tergantikan. Mereka memberi kita kebahagiaan, pengetahuan, dan petualangan yang tak ternilai.
Buku adalah pencerita cinta yang setia, mengajar kita tentang keberanian, pengorbanan, dan keindahan yang ada dalam hati.***

Sepekat Apakah Kita di Hadapan Kopi?

Posted By Redaksi on Minggu, 04 Juni 2023 | Minggu, Juni 04, 2023

Oleh: Alfian Nawawi

Ilustrasi kopi dan buku (Foto: Kedai Kopi Litera)

Hari yang berdenyar adalah hari pemilik ritual yang rutin bagi sebagian penghuni planet ini: minum kopi.
Dari secangkir hitam pekat, mengalir sejarah panjang dan cerita yang juga terdiri dari kisah-kisah kusut. Semestinya di hadapan kopi kita memang tidak hanya terperangah pada aroma menusuk hidung, melainkan juga pada tangan-tangan petani kopi yang mengutak-atik bibit hingga panen.
Mereka, kerjanya merengkuh kebun kopi dan biji-biji merah yang tergantung di ranting-ranting pohon. Mereka menjadi pilar sektor ini, tapi sering terlupakan oleh kedai kopi yang menjamur di berbagai sudut.
Di kedai kopi, aroma menggoda menyambut siapapun yang melangkah masuk. Di tengah deru alat-alat kopi yang bekerja keras, tangan-tangan terampil meracik kopi dengan penuh cinta. Tepuk-tepuk tampak ringan, tetapi proses di baliknya merupakan perpaduan antara seni dan ilmu yang dijalani oleh barista. Mereka adalah pahlawan rasa yang menciptakan minuman yang nikmat dari biji kopi yang telah melalui proses panjang.
Dalam keindahan proses ini, kadangkala hadir pula sosok-sosok penguasa kapitalis. Mereka menjalankan kedai kopi sebagai sarana untuk menyamar, karena hanya dijadikan markas menyusun rencana licik politik yang koruptif. Mereka sesungguhnya bukan UMKM sejati melainkan musuh besar UMKM dan petani kopi. Saking kurang ajarnya kapitalisme, sampai tak tahu malu beli kopi dari luar daerah. Padahal mereka kerap berkhotbah soal kearifan lokal dan pemberdayaan ekonomi masyarakatnya. Warganya bikin kedai kopi, para kapitalis pun ikut bikin padahal hartanya sudah bertimbun.
Di tengah pergulatan antara aroma yang memikat, tangan-tangan kasar petani, barista yang berdedikasi, dan penguasa yang serakah, cerita kopi tetap berlanjut.
Sebagai penikmat kopi, pernahkah kita ikut menjaga keberlangsungan dari hulu ke hilir? Memberi penghormatan yang sepadan kepada petani kopi, memilih kedai kopi yang beretika, dan memahami bahwa kopi simbol persatuan, koneksi antara petani dan penikmat, dan warisan panjang budaya kopi?
Jangan cinta buta pada manual brew yang katanya modern. Teko kuningan ala Bugis Makassar itu lebih modern dibandingkan Vietnam Drip. Teko kuningan muncul tahun 1960-an. Vietnam Drip diciptakan tahun 1950-an. Moka Pot? Itu sebelum Perang Dunia Pertama! Chimex, mesin espresso dan V60? Ah, belajarlah sejarah kopi, kawan. Begitulah, jujur saya tidak pernah suka kopi Americano dan Italiano.

Kedai Kopi Litera, Sabtu, 27 Mei 2023

Sehitam Apa Kita Mencari Ide?

Oleh: Alfian Nawawi 

Tidak semua penulis dilingkari kopi dan rokok dalam mencari dan menemukan ide. 

Lantas bagaimana awal ceritanya narasi kopi dan rokok memengaruhi banyak orang dalam mencari ide, terutama dalam konteks ide penulisan? 

Kopi, minuman hitam yang memanjakan lidah dan merangsang pikiran, telah menjadi teman setia para penulis selama berabad-abad. 

Banyak penulis yang merasakan keajaiban dalam setiap tegukan. Namun, apakah semua penulis sejati adalah pecinta kopi? 

Kenyataannya, tidaklah demikian. Ada sejumlah penulis yang tak menyukai kopi, tetapi bukan berarti mereka kekurangan inspirasi. 

Sebaliknya, mereka menemukan semangat dalam kesunyian atau suara alam yang mengelilingi mereka. Para penulis ini mengandalkan pendekatan yang berbeda, mencari kekuatan dalam ketenangan dan kedamaian yang tercipta tanpa secangkir kopi di tangan mereka. 

Rokok, simbol kebebasan dan pemikiran bebas, telah menjadi mitos yang mengelilingi dunia penulisan. Sejumlah penulis besar tercatat sebagai perokok berat. Mereka menyalakan rokok sebagai ritual, menciptakan suasana yang tenang dan terbuka bagi imajinasi mereka untuk berkelana. Namun, penting untuk diingat bahwa kecintaan pada rokok tidak menyiratkan ketergantungan ide. 

Banyak penulis yang membuktikan bahwa mereka mampu mengekspresikan diri dengan kuat tanpa campur tangan rokok dalam hidup mereka. Mereka menemukan titik fokus dan semangat dalam cara yang berbeda, melepaskan diri dari ketergantungan fisik yang mungkin melemahkan. 

Kopi dan rokok mungkin menjadi bagian dari narasi penulisan, tetapi esensi sejati dari pencarian ide terletak pada penulis itu sendiri. Sampai hari ini, bagi saya sendiri, sebungkus rokok dan secangkir kopi pun belum tentu bisa melahirkan secuil ide.***
 
Support : Creating Website | Dihyah PROject | Dihyah PROject
Copyright © 2011. Kedai Kopi Litera - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Dihyah PROjecte
Proudly powered by Dihyah PROject