![]() |
Mahrus Andis (Foto: Kolase WartaBulukumba.com) |
Mahrus Andis lahir di Ponre Kabupaten Bulukumba, 20 September 1958. Pemilik nama lengkap Drs. Andi Mahrus Syarief ini pernah mengasuh acara Serambi Budaya di RRI Makassar dan Apresiasi Budaya di TVRI stasiun Makassar (1982-1984).
Konon amat energik semasa menjadi aktivis mahasiswa di Universitas Hasanuddin Makassar. Sempat menjadi asisten dosen kemudian memutuskan pulang kampung. Salah satu tempat mangkalnya dulu adalah Dewan Kesenian Makassar hingga tahun 1986.
Mahrus Andis pernah tercatat sebagai Pamong Praja di Pemda Bulukumba. Beberapa jabatan pernah digeluti.
Diawali sebagai Kasubag Penerangan Humas, Kasubag Persidangan Setwan, Kaseksi Gedung-Bangunan Diknas, Kasubag Ortala, Anggota DPRD, Kabag Hukum, Camat Ujung Bulu, Kasubdin Sosteklinmas, Kabag Organisasi dan Tata Laksana, Asisten III Bidang Administrasi (Merangkap Plt.Sekretaris Daerah) dan saat ini sebagai Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra pada sekretariat Daerah Kabupaten Bulukumba.
Suami dari Hj.Andi Ruhaya, Spd dan ayah dari Rumi Mahrus dan Gilang Mahrus ini, tetap menulis. Banyak bukunya yang telah terbit dan bahkan beredar sampai Malaysia dan Brunei di antaranya Sajak Sajak Panrita Lopi, Bulukumbaku Gelombang Berzikir (2001).
Dua bukunya diterbitkan Pustaka Refleksi, masing-masing berjudul: Kumpulan Puisi Panrita Lopi (2007), Katarsis Birokrasi (2009) dan Matahari yang Kemarin adalah Matahari Bulukumbaku yang Beringas (2006) (Diterbitkan La Macca Press), dan beberapa antologi bersama penyair lainnya.
Tahun 2013 ia 'mengaum' dari ruang birokrat dengan menulis sebuah buku berjudul "Ketika Rolly menggugat Pejabat", sebuah buku yang sangat layak dibaca terutama oleh birokrat penentu kebijakan. Pada tahun 2014, ia ternyata masih terus “menggugat” melalui antologi puisi “Balada Sebuah Kursi” (diterbitkan P3i Press Makassar).
Buku budaya berjudul "Sebulir Mata Air di Tanah Leluhur" berisi pesan To Riolo Bugis-Makassar ditulis Mahrus Andis di tahun 2017.
Pada tahun 2004, untuk karya-karya dan dedikasinya Mahrus memperoleh Celebes Award dari Gubernur Sulawesi-Selatan di bidang Karya Sastra.
Keakraban Mahrus Andhis dengan lingkungan alam kerap membuatnya mahir menuai kata beraroma khas perkampungan dalam sebahagian puisinya. Seperti salah satu puisinya “Di Atas Pematang” yang ditulis semasa masih mahasiswa.
Buku-buku karyanya terus mengalir di jagat literasi dan sastra Indonesia sampai hari ini.***