Lebih dari membangunkan orang tidur. Kopi juga rupanya telah lama membangunkan banyak budaya.
Dalam keheningan pagi yang menghampar di Asia, aroma harum kopi membangunkan rasa nikmat yang tiada tara. Di balik secangkir kopi yang disajikan dengan penuh kecermatan tersembunyi sejarah panjang dan tradisi yang kaya. Sepanjang abad, warisan kopi telah mengalir dari generasi ke generasi, memengaruhi budaya dan membentuk kebiasaan yang sebelumnya tidak terduga.
![]() |
Ilustrasi secangkir kopi (Kedai Kopi Litera) |
Tulisan Arab pertama yang mencatat tentang kopi adalah Kitab al-Shifa karya Ibn Sina pada abad ke-11, yang memuji manfaat kesehatan dan daya pikatnya. Namun, kopi tidak lama setelah itu menjadi subyek perdebatan di dunia Muslim. Buku Kashf al-Zunun oleh Haji Khalifa (1650-1702) mengutip bahwa Mufti Makkah pada tahun 1511 mengeluarkan fatwa melarang kopi karena dianggap memengaruhi perilaku umat Islam.
Meski begitu, cairan hitam yang menggugah itu mengatasi segala hambatan dan menemukan tempatnya di Asia. Di Jazirah Arab, kopi menjadi pusat kehidupan sosial dan intelektual, dengan munculnya kedai kopi yang disebut "qahwa" menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk berdiskusi dan berbagi gagasan. Buku The World of Caffeine: The Science and Culture of the World's Most Popular Drug oleh Bennett Alan Weinberg dan Bonnie K. Bealer (2001) memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana tradisi ini berkembang.
Kemudian, kopi menyebar melalui ekspedisi perdagangan dan kolonialisme Eropa. Pada abad ke-17, Belanda memperkenalkan kopi di Indonesia, menjadikan pulau Jawa sebagai salah satu pusat produksi kopi terbesar di dunia. Buku A History of Coffee oleh Mark Pendergrast (1999) mengungkap bagaimana penjajahan Belanda memengaruhi industri kopi dan membentuk kebiasaan minum kopi di Asia Tenggara.
Di Asia Timur, Jepang menerima kedatangan kopi pada awal abad ke-18 melalui perdagangan Belanda. Meski teh tradisional masih menjadi minuman yang dominan, kopi perlahan menemukan penggemarnya di kalangan masyarakat Jepang. Buku The Book of Coffee and Tea oleh Joel Schapira (1982) mengulas transformasi budaya minum kopi di Jepang.
Di Asia Selatan, India menjadi tujuan bagi budidaya kopi pada abad ke-17 oleh bangsa Belanda. Secara bertahap, kopi India berkembang menjadi kekayaan rasa yang unik dan diakui secara internasional. Buku Indian Coffee: The Untold Story oleh G. U. Thayil (2002) memberikan pemahaman mendalam tentang perjalanan kopi di India.
Tidak hanya sebagai minuman, kopi juga melahirkan seni dan ritual yang khas di Asia. Di Vietnam, tradisi menyajikan kopi dengan filter tuang ala Phin, menandai keunikan dan keaslian budaya kopi mereka. Di Indonesia, tradisi "ngopi" menjadi ritual sosial yang diterapkan dalam budaya sehari-hari, dengan acara-acara bertemu di kedai kopi menjadi momen berharga untuk berkumpul.
Dari gurun pasir Arab hingga perbukitan pegunungan Asia Tenggara, tradisi kopi telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari orang-orang Asia. Setiap tegukan yang hangat dan kafein yang menggelora menjadi wujud penghormatan atas sejarah panjang yang telah kita warisi.
Sebagai pembawa cita rasa dan cerita, kopi telah menyatukan bangsa-bangsa dan menjembatani perbedaan budaya. Di dalamnya, kita dapat menemukan keindahan serta aroma yang merefleksikan kekayaan warisan Asia yang tak tergantikan.***